The Analyst

"Analisis (kata benda), Analisa (kata kerja); Analisis adalah penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya (KBBI); Analis adalah orang yang melakukan analisis."

Definisi Analis dalam prakteknya sangat luas, bisa meliputi Analis Bisnis, Analis Bisnis IT, Analis Sistem, Analis Data, Konsultan, dan Analis Programmer. Analis yang akan disorot di sini adalah Analis Bisnis yang melakukan kegiatan menganalisa perusahaan. Analis dapat berada di lembaga keuangan, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, lembaga pemeringkat, lembaga riset ekonomi / keuangan,   konsultan keuangan, kantor akuntan, regulator, dan lain-lain. 

Lembaga Keuangan Perbankan paling banyak menggunakan Tenaga Analis Perusahaan dalam menyeleksi perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk diberikan pembiayaan atau kredit. Dalam prakteknya, ada beberapa nama berbeda yang digunakan pada setiap lembaga keuangan, antara lain Account Officer (AO), Relationship Manager (RM), Credit Officer (CO), Credit 
Analyst (CA), Risk Analyst (RA).

Perbedaan nama analis perusahaan tidak lantas terdapat perbedaan berarti dalam praktek pekerjaan mereka. Ada banyak kemiripan atas apa yang mereka kerjakan seperti melakukan analisa kelayakan, analisa riwayat pembayaran, analisa risiko, analisa isu terkini, melakukan visit, melakukan monitoring, dan memelihara hubungan baik dengan debitur. Perbedaan utama terletak pada fungsi penjualan atau pemasaran. Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015), fungsi utama lainnya dari seorang CO adalah melakukan proses penjualan produk kredit kepada calon debitur, dan melakukan cross selling produk-produk bank lainnya. 

Itulah mengapa peran AO/RM/CO jauh lebih berat dan pantas mendapatkan benefit yang lebih tinggi. Sebagai contoh dapat di lihat dari job description yang disyaratkan untuk menjadi seorang Credit Analyst sebagaimana dipublikasikan di targetjobs.co.uk.*) sebagai berikut 
  1. mengumpulkan informasi tentang debitur.
  2. menilai laporan ringkas keuangan debitur.
  3. menilai, menganalisis, dan menafsirkan informasi keuangan yang rumit.
  4. melakukan analisis risiko dengan mengembangkan model statistik
  5. mengunjungi debitur.
  6. menjaga eksposur kredit perusahaan dalam batas risiko yang ditetapkan.
  7. menjaga agar pengetahuan tentang isu-isu utama tetap terkini atau up to date (misalnya masalah hukum, risiko pasar, dan kepatuhan)
  8. menggunakan sistem penilaian kredit (scoring system atau rating system).
  9. membuat analisa permohonan (memorandum analisa / nota analisa) pembiayaan / kredit dan mengajukan ke komite pembiayaan / kredit untuk mendapatkan persetujuan.
  10. membantu meningkatkan kualitas aplikasi kredit
  11. membuat rekomendasi tentang perubahan kebijakan / prosedur.

Mari kita uraikan satu persatu job description seorang Credit Analyst dimaksud sebagai berikut :

Job #1.  Jika calon debitur adalah perusahaan publik, informasi bisa di peroleh secara melimpah di media massa. Demikian pula bilamana calon debitur datang dengan animo sendiri untuk menjadi debitur. Lain halnya bilamana membidik perusahaan yang non-publik, harus melakukan market intelligence guna mengumpulkan informasi yang mencukupi sesuai dengan tujuan untuk menganalisa perusahaan.

Job #2. Laporan ringkas perusahaan yang biasa dikenal sebagai financial highlight atau executive summary atau press release, hanya memuat secara terbatas indikator utama keuangan perusahaan seperti total asset, piutang, persediaan, hutang, modal, penjualan, laba, dan beberapa rasio keuangan seperti return on equity (ROE), return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), dan liquidity ratio atau current ratio. Dari mana datang laba belum bisa diperoleh secara rinci.

Job #3. Merupakan tugas inti seorang Credit Analyst untuk :
  • Melakukan penilaian atas kewajaran angka-angka yang ditampilkan. Apakah angka penjualan bisa didukung oleh historis siklus piutang, persediaan dan hutang usaha. Apakah pendanaan dan permodalan mencukupi untuk menggerakkan (gearing) volume penjualan.  
  • Menganalisis rincian/penjelasan/narasi setiap akun atau pos yang ditampilkan dalam laporan neraca dan laba rugi. Setiap penjelasan harus dapat dipahami untuk digali secara detail dan diuji secara tuntas (due diligence).
  • Menafsirkan informasi tidak sulit dilakukan bilamana seluruh rincian telah dipahami. Sebagi contoh dapat diamati pada laporan piutang yang dirinci menurut jadwal jatuh tempo atau umur  piutang (aging). Manakala aging menumpuk misalnya di jadwal lebih dari 6 (enam) bulan, padahal siklus piutang perusahaan harusnya lebih cepat, dapat ditafsirkan bahwa potensi piutang perusahaan macet (bad debt) akan menjadi tinggi.

Job #4. Model statistik untuk menganalisa risiko perusahaan yang telah ada antara lain Model Z-Score dari Altman dan K-Score dari Zmijewski. Model ini bisa langsung digunakan karena telah tersedia konstanta/koefisien untuk menilai risiko perusahaan. Namun, model dimaksud tetap harus digunakan dengan bijak karena perkembangan waktu dan dinamika perekonomian global belum tentu masih sesuai saat model itu dihasilkan.

Credit Analyst harus mengembangkan model sendiri dengan menguji coba sejumlah metode antara lain Discriminant analysis (Fisher multivariate linear function);  Logistic regression;  Survival models (semiparametric Cox regression model); Decision trees;  Artificial Neural Networks.

Idealnya, setiap Credit Analyst mempunyai kemampuan mengembangkan model statististik, namun dalam prakteknya tidak mudah karena terkendala waktu service level agreement untuk menyelesaikan proposal debitur. Sehingga, pekerjaan ini sebaiknya diserahkan ke unit terpisah  seperti  Unit Riset & Pengembangan atau  Unit Risk Management. Seorang Credit Analyst hanya menggunakan model yang sudah tersedia.  

Job #5. Mengunjungi debitur  atau  datang ke tempat usaha debitur, melihat dengan mata kepala sendiri (seeing is believing) operasional perusahaan. Berinteraksi dengan pemilik, pengurus, karyawan/buruh.  Mendalami karakter seluruh pemilik  dan  manajemen, pengalaman mereka, dan seluruh aspek tentang kegiatan operasional perusahaan. Mulai dari ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, infrastruktur, teknologi, lingkungan usaha, dan output perusahaan.

Job  #6.  Mendapatkan debitur harus tidak memperhatikan keuntungan (return) semata, melainkan harus juga bisa menghitung  risiko yang akan timbul. Apakah  limit risiko masih dalam batas toleransi  bilamana suatu debitur diakusisi atau disetujui untuk dibiayai. Apakah ada first way out dan atau second way out untuk mengurangi (mitigasi) risiko bilamana terjadi wanprestasi.

Job #7. pada saat ini menjadi sangat penting diperhatikan oleh seorang Credit Analyst, antara lain karena :
  1. Perkembangan isu dunia bisa bergerak dengan cepat. Kebijakan proteksi dagang oleh suatu negara bisa membuat sulit suatu perusahaan di negara lain.
  2. Risiko pasar yang mudah berubah atau volatile seperti nilai tukar dan harga komoditi juga berperan dalam membuat sulit suatu perusahaan. Perusahaan yang mengimpor bahan baku atau harga bahan baku dipatok (peging) dengan mata uang asing akan mendorong biaya produksi naik ketika nilai tukar mata uang rupiah (IDR) melemah.
  3. Hubungan industrial perusahaan dengan semua pihak, terutama dengan para pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh, supplier, konsumen dan masyarakat sekitar, serta hubungan plasma-inti (jika ada) sering menjadi penyebab suatu perusahaan mengalami kesulitan. Ini bisa dilihat dari banyak kejadian sebagaimana diuraikan di lesson learned. 
  4. Faktor lingkungan hidup yang bersumber dari limbah perusahaan yang tidak sesuai dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pencemaran udara atau polusi, kebisingan, dan kerusakan jalan yang mempengaruhi lingkungan tempat tinggal masyarakat sekitar akan bisa menyulitkan perusahaan. Hal lain yang juga bisa menyulitkan perusahaan adalah limbah yang mengalir ke area mata pencaharian masyarakat petani dan nelayan.
Job  #8. Setelah semua tahap dalam Job #1 sampai dengan Job #7 dinilai, dianalisis, dan difahami, Credit Analyst menguji seluruh informasi ke dalam Scoring System atau Rating System. Apakah hasil skoring yang diperoleh termasuk dalam kategori risiko rendah, moderat, atau tinggi;  atau Apakah hasil rating yang diperoleh termasuk dalam kategori investment grade atau non-investment grade.

Job #9. Sebelum membuat analisa permohonan, Credit Analyst sudah harus memastikan bahwa calon debitur layak diajukan untuk mendapatkan persetujuan komite atau tidak. Lebih baik Credit Analyst yang terlebih dahulu menolak daripada ditolak di bagian reviewer atau komite. Alasannya adalah (1) Credit Analyst sudah lebih dahulu melakukan Job #1 sampai dengan Job #8; (2) Membuat analisa permohonan perlu waktu berhari-hari, minggu, atau bulan untuk menyelesaikan. 

Analisa permohonan mungkin memerlukan puluhan lembar  atau bahkan lebih seratus halaman selayaknya skripsi atau tesis, termasuk analisa spreadsheet atau analisa keuangan historis dan proyeksi.

Analisa permohonan tentu saja bukan ditentukan oleh jumlah halaman. Terpenting adalah kemampuan para Analis dalam menangkap atau meng-capture risiko yang berpotensi menjadi penyebab perusahaan mengalami financial distress. 

Job #10. Kualitas aplikasi pembiayaan / kredit akan meningkat jika Credit Analyst mempunyai pemahaman yang baik sebagaimana diuraikan dalam Job #1 sampai dengan Job #9. Menilai kualitas aplikasi dapat di lihat dari reject rate atas analisa permohonan yang diajukan, dan rasio non performing loan atau bad debt yang terjadi.

Job #11. Credit Analyst harus paling mengetahui kebijakan / prosedur pembiayaan / kredit. Karena, Credit Analyst adalah pengguna dan harus mengetahui bilamana ada bagian yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan terkini. Credit Analyst harus membuat rekomendasi perubahan supaya aturan internal tidak menjadi penghalang dalam melakukan ekspansi bisnis.

Referensi :
1. Ikatan Bankir Indonesia, 2015, Mengelola Kredit Secara Sehat.
2. www.modernanalyst.com
3. https://targetjobs.co.uk/; *) urutan disesuaikan oleh penulis blog ini.

No comments:

Post a Comment